Di hari kedua pelaksanaan ujian nasional atau UN tingkat SMA atau sederajat, isu kecurangan dalam pengerjaan soal-soal UN di sejumlah daerah merebak. Namun, belum ada laporan resmi tentang hal itu kepada Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai lembaga independen penanggung jawab pelaksanaan UN.
Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Suharsono, Rabu (18/4), mengatakan bahwa kecurangan yang mencuat ke permukaan selama pelaksanaan UN mungkin saja fakta, tetapi bisa juga hanya isu.
Oleh karena itu, kata Suharso, BSNP meminta siapa saja yang mengetahui adanya kecurangan dalam pelaksanaan UN agar berani melaporkannya kepada panitia, dinas pendidikan, polisi, atau pihak-pihak terkait lainnya.
“Kecurangan secara sistematis dalam pelaksanaan UN sebenarnya sudah diantisipasi untuk diminimalkan, antara lain dengan kehadiran pemantau independen. Sebab, pemantau dari perguruan tinggi ini kan tidak punya kepentingan apa-apa. Kami percaya mereka akan bisa mengawasi jalannya UN di setiap sekolah dengan baik,” katanya.
Kunci jawaban
Indikasi adanya kecurangan dalam pelaksanaan UN antara lain merebak di Banten. Kecurangan tersebut, antara lain, ditandai adanya informasi bocornya soal- soal UN sebelum pelaksanaan UN itu sendiri berlangsung.
Kecurigaan itu kian menguat setelah Heri, guru SMA Negeri 1 Anyer yang menjadi pengawas di SMA Negeri 1 Bojonegara, menemukan kunci jawaban untuk mata uji Bahasa Indonesia pada peserta UN di sana. Setelah dicocokkan, kunci jawaban tersebut hampir sama dengan jawaban soal-soal Bahasa Indonesia dengan kode yang sama.
Indikasi kebocoran soal UN diperkuat dengan adanya tulisan kode soal 13A dan 46B pada lembaran kunci jawaban yang ditemukan. Apalagi lembar kunci jawaban yang sama ditemukan pula pada tiga siswa yang mengikuti ujian di ruang berbeda.
“Setelah kami coba untuk menjawab soal-soal UN, tingkat kebenarannya di atas 60 persen. Pada paket soal 13A, dari 50 soal ada 28 jawaban yang benar. Sementara pada paket soal 46B, dari 13 soal yang dikoreksi ternyata 12 di antaranya benar,” kata Aceng H Sani, dosen Program Studi Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tirtayasa, Banten.
Di Bandung, kunci jawaban juga beredar di sejumlah SMA. Di sini kunci jawaban itu beredar melalui layanan pesan singkat telepon seluler secara berantai. Mereka mendapatkan berbagai versi kunci jawaban sesuai kode soal.
Menurut pengakuan sejumlah siswa, kunci jawaban itu mulai mereka terima melalui SMS sejak Selasa pagi saat masih subuh. Kunci jawaban yang diterima pagi itu untuk Bahasa Indonesia yang diujikan pukul 08.00-10.00. Sesampai di sekolah, para siswa yang telah menerima kunci jawaban saling memperlihatkan sekaligus saling berbagi informasi.
“Ketika mengerjakan soal, saya kerjakan dulu soal yang bisa dijawab dengan tepat. Selebihnya, soal yang susah tidak dikerjakan dulu, tinggal lihat jawaban yang ada di kunci jawaban,” kata salah seorang siswa yang sebelumnya juga mengaku menerima kunci jawaban untuk Matematika.
“Ternyata kunci jawaban yang dikirim itu banyak yang sesuai dengan soal yang diujikan,” kata siswa lainnya.
Sumber: kompas, 19 April 2007
Sebenerx UAN bwt apa c dAdain???
Bukannya Itu ngebuat kita sebagai calon MAHASISWA NGERASA TERBEBANI, padahal universitas-universitas Kasih persyaratan masuk gag pake nilai UAN!!!!
kualitas siswa itu harus dilihat selama mereka belajar 3 tahun, bukan un yang berlangsung selama 3 hari! kalo yang dijadikan acuan kualitas pendidikan dari un ngapain sekolah selama 3 tahun? buktinya banyak yang jarang sekolah di sekolah malas malasan nilai matematika un 10! adil ga buat mereka yang rajin tapi pas un ga lulus! jangan pengen praktis dong! kualitas murid tuh cuma guru yang tau, soalnya mereka yang tau gimana kita di sekolah bukan menteri, bukan pejabat!